Sistem imun melemah saat tubuh kekurangan antioksidan dan mengalami peradangan kronis. Jahe kaya polifenol dan vitamin C yang menetralkan radikal bebas, sekaligus meningkatkan aktivitas makrofag—sel pemakan patogen. Penelitian di Journal of Ethnopharmacology menemukan bahwa ekstrak jahe meningkatkan produksi interferon hingga 30%, protein kunci dalam respons antiviral.

Jahe juga bersifat antimikroba: gingerol menghambat pertumbuhan bakteri seperti E. coli dan Salmonella, serta virus influenza. Saat pilek, jahe hangat membuka saluran napas dengan efek ekspektoran alami, mengencerkan lendir, dan meredakan batuk. Studi di Phytotherapy Research menunjukkan konsumsi jahe 2 gram/hari mengurangi durasi flu hingga 2 hari.

Minum teh jahe: potong 1 cm jahe, geprek, rebus dengan 1 batang serai dan 2 lembar daun pandan selama 15 menit. Saring, tambah perasan jeruk nipis, minum pagi dan sore. Untuk pencegahan, tambahkan jahe parut ke dalam tumisan sayur atau ayam goreng. Jahe bubuk (1/2 sdt = 1 cm segar) bisa dicampur ke smoothie pisang dan yogurt.

Efek hangat jahe meningkatkan sirkulasi darah, membuat tubuh lebih tahan dingin. Dalam seminggu rutin, Anda akan jarang terserang flu, tenggorokan lebih nyaman, dan pemulihan dari infeksi ringan lebih cepat—tanpa bergantung pada suplemen kimia.